Selasa, 24 Januari 2012

Chef Wan, Mendapat Gelar Datuk Atas Kepandaiannya Memasak

Darah Indonesia di tubuhnya membuat chef kenamaan asal Malaysia ini menggemari masakan Sunda dan Gudeg Yogya.
Tak ada kata terlambat untuk memulai sebuah bidang yang memang kita sukai. Inilah prinsip yang ternyata membuahkan hasil dalam hidup Redzuawan Ismail, yang tenar disapa Chef Wan. Pakar kuliner dari Malaysia ini dengan berani mengakhiri kariernya sebagai akuntan dan memulai impiannya menjadi chef.


Ia kemudian belajar memasak dari awal baik secara otodidak maupun secara akademis. Pendidikan formal di bidang kuliner ditempuhnya di California Culinary Academy dan The Ritz Hotels Ritz-Escoffier Ecole de Gastronomie Francaise dengan gelar Professional Chef Training and Hotel Management.

Keputusan untuk menekuni kegemarannya memasak secara mendalam ini membuahkan hasil. Ia langsung mendapat tempat sebagai pakar kuliner dan chef yang dipercaya mengolah masakan orang-orang ternama. Ia pernah memasak untuk Sultan Brunei dan mantan Presiden Amerika, Bill Clinton.

Atas keahliannya ini, tak tanggung-tanggung, Chef Wan mendapat gelar Datuk, oleh Yang Dipertuan Agung Tuanku Abdul Halim Mu'adzam Sham pada 1 Februari 2009 dan Malaysia Airlines (MAS) Holiday Travel Icon Ammassador pada November 2010. Kemudian pada September 2010, ia mendapat penghargaan "Friends of Thailand Award" oleh kerajaan Thailand.

Penghargaan lainnya juga datang dari Indonesia. Pada April 2009, ia mendapat AMP Award di Keraton Surakarta, The Celebrity Chef in the World Award oleh World Gourmand Cookbook & Media Award di Paris pada Juli 2009. Atas penghargaan ini, Chef Wan sempat merasa tak percaya. "Ini penghargaan yang prestisius. Karena banyak chef terkenal lainnya seperti Jamie Oliver dan Nigella Lawson yang lebih pantas menerimanya," ujarnya merendah.

Saat diberi gelar bangsawan, Chef Wan sempat menolaknya selama empat kali. Saat itu ia merasa belum siap. "Namun saat saya kembali menerima penghargaan itu, ibu saya membangunkanku pukul delapan pagi dan menyuruh menandatangani surat penghargaan tersebut," kata Chef Wan yang akhirnya menerima karena ibunya sudah berusia 78 tahun dan bisa meninggal setiap saat.

Ketertarikan Wan pada kegiatan memasak dimulai sejak kecil. Ia bercerita bahwa sering menemani kakeknya ke kebun dan mengenal berbagai macam bahan makanan. Kemudian ia ke dapur dan menemani ibunya memasak. Dari situlah ia diperkenalkan pada berbagai macam karakter bahan makanan.

"Saya menyukai memasak karena menghidupkan pengalaman indrawi. Bagaimana bahan yang ini aroma dan rasanya berbeda dengan bahan yang lain. Begitu pula proses memasak yang kompleks sangat menarik minat saya," katanya pada Beritasatu di Hotel Mulia, Senayan pada Jumat (14/10).

Meski menyukainya, Wan sempat harus memendam keinginannya ini karena ayahnya menginginkannya menempuh pendidikan bisnis. Akhirnya ia mengambil profesi akuntan. Namun panggilan hatinya lebih kuat.

Pilihannya tak salah. Di dunia memasak, ia berhasil menjani chef terkenal tidak hanya Malaysia, namun di Asia. Tak heran, jika Asian Food Channel (AFC) berkali-kali menjadikannya presenter di beberapa acara kuliner. "Saya sudah menandatangi kontrak baru untuk 26 episode, dan saya sudah mengusulkan pada AFC di acara tersebut untuk berkeliling dan mengangkat kuliner di daerah-daerah Indonesia," katanya.

Wan memang tidak hanya mengenalkan Malaysia. Pasalnya, ia juga memiliki darah Indonesia. Kakek dari pihak ayahnya berasal dari Bengkalis, Riau. Dan nenek dari pihak kakeknya masih berdarah Jawa.

Tak heran jika Wan sangat mengenal masakan-masakan Indonesia. "Saya paling suka masak dan makan masakan Sunda dan Gudeg. Terutama lalapan," kata ayah dua anak ini.

Dibesarkan dalam keluarga besar-enam bersaudara-dan pernah mendapat tentangan dari ayahnya untuk menekuni hobinya, Wan belajar banyak atas pengalaman tersebut. Ia membebaskan kedua anaknya untuk memilih profesi yang diinginkannya. Putrinya, Sherina Redzuawan adalah seorang aktris dan telah memberikannya seorang cucu. Sementara putranya, Mohd. Nazzri, menekuni jejaknya sebagai chef.

Sebagai chef senior, pria kelahiran Singapura ini telah menjajal berbagai jenis masakan. Saat ditanya masakan daerah atau negara mana yang paling sulit. Ia menyebut Prancis. Menurutnya, tak mudah untuk membuat pastry dan kue-kue khas negara Eiffel tersebut.

Kini di usianya yang ke-53, Chef Wan menikmati kariernya yang berada di atas, yang memberinya kesempatan jalan-jalan ke berbagai negara untuk memamerkan kebolehannya. Apalagi dengan posisinya sebagai MAS Holiday Travel Ambassador, Wan kini menyibukkan diri untuk menciptakan berbagai macam kuliner yang menarik wisawatan untuk mengunjungi negaranya.

(beritasatu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar