Darah Indonesia di tubuhnya membuat chef kenamaan asal Malaysia ini menggemari masakan Sunda dan Gudeg Yogya.
Tak ada kata terlambat untuk memulai sebuah bidang yang memang kita
sukai. Inilah prinsip yang ternyata membuahkan hasil dalam hidup
Redzuawan Ismail, yang tenar disapa Chef Wan. Pakar kuliner dari
Malaysia ini dengan berani mengakhiri kariernya sebagai akuntan dan
memulai impiannya menjadi chef.
Ia kemudian belajar memasak dari awal baik secara otodidak maupun
secara akademis. Pendidikan formal di bidang kuliner ditempuhnya di
California Culinary Academy dan The Ritz Hotels Ritz-Escoffier Ecole de
Gastronomie Francaise dengan gelar Professional Chef Training and Hotel
Management.
Keputusan untuk menekuni kegemarannya memasak secara mendalam ini
membuahkan hasil. Ia langsung mendapat tempat sebagai pakar kuliner dan
chef yang dipercaya mengolah masakan orang-orang ternama. Ia pernah
memasak untuk Sultan Brunei dan mantan Presiden Amerika, Bill Clinton.
Atas keahliannya ini, tak tanggung-tanggung, Chef Wan mendapat gelar
Datuk, oleh Yang Dipertuan Agung Tuanku Abdul Halim Mu'adzam Sham pada 1
Februari 2009 dan Malaysia Airlines (MAS) Holiday Travel Icon
Ammassador pada November 2010. Kemudian pada September 2010, ia mendapat
penghargaan "Friends of Thailand Award" oleh kerajaan Thailand.
Penghargaan lainnya juga datang dari Indonesia. Pada April 2009, ia
mendapat AMP Award di Keraton Surakarta, The Celebrity Chef in the World
Award oleh World Gourmand Cookbook & Media Award di Paris pada Juli
2009. Atas penghargaan ini, Chef Wan sempat merasa tak percaya. "Ini
penghargaan yang prestisius. Karena banyak chef terkenal lainnya seperti
Jamie Oliver dan Nigella Lawson yang lebih pantas menerimanya," ujarnya
merendah.
Saat diberi gelar bangsawan, Chef Wan sempat menolaknya selama empat
kali. Saat itu ia merasa belum siap. "Namun saat saya kembali menerima
penghargaan itu, ibu saya membangunkanku pukul delapan pagi dan menyuruh
menandatangani surat penghargaan tersebut," kata Chef Wan yang akhirnya
menerima karena ibunya sudah berusia 78 tahun dan bisa meninggal setiap
saat.
Ketertarikan Wan pada kegiatan memasak dimulai sejak kecil. Ia
bercerita bahwa sering menemani kakeknya ke kebun dan mengenal berbagai
macam bahan makanan. Kemudian ia ke dapur dan menemani ibunya memasak.
Dari situlah ia diperkenalkan pada berbagai macam karakter bahan
makanan.
"Saya menyukai memasak karena menghidupkan pengalaman indrawi.
Bagaimana bahan yang ini aroma dan rasanya berbeda dengan bahan yang
lain. Begitu pula proses memasak yang kompleks sangat menarik minat
saya," katanya pada Beritasatu di Hotel Mulia, Senayan pada Jumat
(14/10).
Meski menyukainya, Wan sempat harus memendam keinginannya ini karena
ayahnya menginginkannya menempuh pendidikan bisnis. Akhirnya ia
mengambil profesi akuntan. Namun panggilan hatinya lebih kuat.
Pilihannya tak salah. Di dunia memasak, ia berhasil menjani chef
terkenal tidak hanya Malaysia, namun di Asia. Tak heran, jika Asian Food
Channel (AFC) berkali-kali menjadikannya presenter di beberapa acara
kuliner. "Saya sudah menandatangi kontrak baru untuk 26 episode, dan
saya sudah mengusulkan pada AFC di acara tersebut untuk berkeliling dan
mengangkat kuliner di daerah-daerah Indonesia," katanya.
Wan memang tidak hanya mengenalkan Malaysia. Pasalnya, ia juga
memiliki darah Indonesia. Kakek dari pihak ayahnya berasal dari
Bengkalis, Riau. Dan nenek dari pihak kakeknya masih berdarah Jawa.
Tak heran jika Wan sangat mengenal masakan-masakan Indonesia. "Saya
paling suka masak dan makan masakan Sunda dan Gudeg. Terutama lalapan,"
kata ayah dua anak ini.
Dibesarkan dalam keluarga besar-enam bersaudara-dan pernah mendapat
tentangan dari ayahnya untuk menekuni hobinya, Wan belajar banyak atas
pengalaman tersebut. Ia membebaskan kedua anaknya untuk memilih profesi
yang diinginkannya. Putrinya, Sherina Redzuawan adalah seorang aktris
dan telah memberikannya seorang cucu. Sementara putranya, Mohd. Nazzri,
menekuni jejaknya sebagai chef.
Sebagai chef senior, pria kelahiran Singapura ini telah menjajal
berbagai jenis masakan. Saat ditanya masakan daerah atau negara mana
yang paling sulit. Ia menyebut Prancis. Menurutnya, tak mudah untuk
membuat pastry dan kue-kue khas negara Eiffel tersebut.
Kini di usianya yang ke-53, Chef Wan menikmati kariernya yang berada
di atas, yang memberinya kesempatan jalan-jalan ke berbagai negara untuk
memamerkan kebolehannya. Apalagi dengan posisinya sebagai MAS Holiday
Travel Ambassador, Wan kini menyibukkan diri untuk menciptakan berbagai
macam kuliner yang menarik wisawatan untuk mengunjungi negaranya.
(beritasatu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar