Selasa, 24 Januari 2012

Kisah Sukiyat, Pengukir Sejarah Mobil Esemka

Sebenarnya Sukiyat tidak pernah bermimpi untuk membuat mobil. Dia ingin siswa di sekolah itu bisa melakukan praktik membuat bodi mobil. Apalagi, di sekolah itu, dia menjadi ketua komitenya.
Sukiyat kemudian menyumbangkan bodi mobil Toyota Kijang untuk dibongkar dan dipelajari
bagian-bagian bodi dan mesinnya kepada sekolah.
Sebelumnya, ia juga mengajari siswa dengan menggunakan mobil Toyota Crown yang lantas dibongkar, kemudian disisakan bagian kisi-kisi, lantai, dan rangkanya saja. Mesinnya menggunakan yang sudah jadi karena saat itu target Sukiyat adalah mengajari siswa membuat badan mobil.

Uniknya, meski aslinya mobil itu sedan, dia mengarahkan siswa untuk membuat bodi Toyota Land Cruiser. Maka, dalam suatu acara di Bayat, Klaten, ia dipertemukan dengan Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Joko Sutrisno yang tertarik dengan kemampuan Sukiyat. Bengkel Kiat Motor miliknya lantas menjadi mitra perusahaan dalam program perakitan mobil oleh siswa SMK, yang telah dimulai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan beberapa tahun sebelumnya.

SMK-SMK pun mengirimkan siswa mereka ke Kiat Motor di Ceper, Klaten, untuk belajar membuat bodi mobil, termasuk bagian interior dan eksterior mobil, serta rangkanya.”Para siswa itu sudah kami anggap seperti keluarga sendiri. Mereka bercerita sudah mendapat pekerjaan dengan gaji baik,” kata Sukiyat.

Saat merintis pembuatan prototipe mobil SUV yang kini dinamai Kiat Esemka, Sukiyat terlebih dahulu mengajari siswa membuat miniatur menyerupai badan Toyota Hardtop. Setelah berhasil, siswa lantas didampinginya membuat bodi mobil prototipe yang belakangan dinamakan Kiat Esemka.

Untuk desain bodi mobil, Sukiyat terinspirasi bentuk Toyota Land Cruiser Prado dan Ford Everest. ”Untuk bodi, interior dan eksterior dibikin manual oleh siswa dalam waktu 2-3 bulan. Awalnya, bengkel yang dia buka di kampung halamannya, Kradenan, Trucuk, Klaten, ini hanya melayani perbaikan sepeda motor dan sepeda onthel (kayuh).

Tahun 2004 Sukiyat membangun bengkel di Jalan Solo-Yogya, tepatnya di Ngaran, Mlese, Ceper, Klaten, dengan luas lahan 2.500 meter persegi. Tahun 2012 Sukiyat berencana mendirikan bengkel baru di kawasan Manahan, Solo. Di kompleks dengan lahan seluas 8.500 meter persegi ini juga akan didirikan pompa bensin dan restoran cepat saji.

Ia bercerita, saat kecil ia sempat merasa minder. Bahkan, Sukiyat nekat tak menamatkan pendidikan di sekolah teknik menengah karena tak tahan dengan ejekan teman-temannya. Keterampilan ini mengantarkan dia ke Jakarta untuk bekerja pada usaha konfeksi dan percetakan yang dimiliki Yayasan Harapan Kita. ”Saya bekerja di bagian obras dan setting huruf,” ujarnya.

Akan tetapi, dia memilih tinggal di Solo dan bekerja di sebuah bengkel. Dia lantas bekerja di bengkel lain yang didirikan mantan kepala bengkelnya.

Di sini dia memperoleh kemampuan di bidang otomotif. Keterampilan Sukiyat semakin terasah saat berkesempatan mengikuti pelatihan otomotif ke Jepang dan Jerman yang dibiayai Departemen Sosial. Dalam mengembangkan bengkelnya, Sukiyat memilih spesialisasi di bidang cat oven dan body repair.

Demikian pula pengalamannya saat membantu orangtua bekerja di penggilingan padi dan oven tembakau.

Tugas yang diberikan orangtuanya itu membuat Sukiyat terbiasa bekerja keras. ”Pekerjaan itu seperti istri. Begitu juga dengan pekerjaan,” ujar Sukiyat.

Pedoman itu diamatinya dari pekerja Jepang, Korea, dan China saat dulu mereka memulai industri mobil nasionalnya.

(dhekkazone)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar